rinai hujan di pagi basah
selembab kelam menubal buram
cericit burung tak ada lagi
lepas luncas pergi
adakah waktu kan bergulir pagi ini
sedang mentari ntah dimana sembunyi
semisal igau di kelam malam
aku nak bangkit, namun diselimuti diam
oh tanah yang basah
sebasah kalbu yang membiru
sebiru empedu yang terjepit di pintu
ingin kukuak takut menambah ngilu
kau lah gadis terkurung sepi
mengubur mimpi sepanjang hari
keluhmu luluh ditikam malam
katakan jika kau mencintai malam
mencintai angin yang berdesir perlahan
jangan pernah kau tepis cahaya bulan
sebab bulan akan bawakan surat dari tuhan
katakan pada malam-malam basah
ditelunjukmu ada gurindam yang marah
baranya telah menganak sungai nanah
tikamkan ia ke jantung langit yang gundah
katakan pada pagi-pagi basah
di telapaktanganmu ada syair yang tumpah
alurnya telah menyatu dengan waktu
biarkan kanak-kanak kembali berdenyut di nadimu
katakan pada hari-hari basah
di keningmu ada pantun yang patah
ditimpuk leguh zaman yang lelah
tegakkan dengan mata batinmu yang gagah
segudang kata, sedanau puisi
sebasah negeri ini
hanyut dalam sembilu yang nisbi
Perth, Western Australia, Maret 2008
No comments:
Post a Comment