Sunday, June 15, 2008

bulan duduk di ujung ilalang

aku tak pernah marah pada bulan

walau seribu risau tertulis di keningku

sesalku hanya pada angin yang dingin

betapa ia telah penjarakan aku dalam ingin

tak jua jujur pada malam

walau kelam terus menulis rindu di wajah tirusku

buram dan hitam

pusar angin yang bernyanyi dalam gelap

hilangkan pengap dengan turbin igauku yang pukau

nadanya sangap ditelan waktu

sampai kapan kau gores cerita usang itu

anak-anak yang terbiar dalam diam

mimpi yang tak pernah labuh

sungguh, mereka ingin jaga

namun mata tak hendak buka

katakanlah pada angin

jangan ada lagi dingin

pun ingin yang kini tumpah

basah di celah jari yang basah

juga hendak sudah

‘’kami hanya ingin cerita tentang negeri angin’’

jerit kanak di bawah kincir angin

sepoi yang tak pernah sampai

pun ke batu nisan tetua mereka

‘’hei, ada bulan jatuh’’

sayang

bulanpun tak pernah sampai ke telapak tangan

akh anak-anak yang malang

selalu diterkam zaman yang jalang

dulu ibu-ibu mereka

selalu terusir dari tabir

sebelum sempat harap terucap dari bibir

inikah puak yang selalu dapat cibir

jadi korban mereka yang mangkir

tanah-tanah malang

hanya dijejak padang

pun ilalang

hanya gersang memanjang

kini,

bulan duduk gelisah di ujung ilalang

malam tak jua datang

perth, mei 2008

No comments: