Friday, June 13, 2008

rindu tak bertabir

: samson rambah pasir

pada punca tanya

kata menapak tawa

masihkah kau simpan jumawa

tentang cerita purba kanak-kanak kita

di bebatuan tak berair

kutulis rindu tak bertabir

seperti air yang mengalir ke hilir

segunung kata terucap dari bibir

mengubin kata di kamus anak-anak pasir

‘’tunggu aku di tengah pasir’’

katamu di suatu siang yang garang

telunjukmu lurus ke arah pancang

tanda, kita membagi cerita dan senda

gurau yang memukau di tengah pulau

gundukan pasir yang mulai rumpang

‘’kita mesti terus berjuang’’, katamu

kalimat itu tertancap di batu

menjelma jadi perahu

kita berkayuh di atasnya

meretas nasib menganyam mimpi

yang kita julang sepanjang hari

setiap pagi kita letakkan di pucuk matahari

asa mencipta tawa

di tengah kemiskinan yang meronta

tak ada air mata

di langit jauh dipuncak malam

segantang bintang sepasang bulan*

kita tengadah memburu imajinasi

untuk puisi sarapan esok pagi

taukah kau kini

pulau pasir itu tak lagi rumpang

namun telah hilang

tak ada lagi pasir di pulau pasir

juga ikan tapah yang membuat bibir berair

hanya sebencah danau yang parau

terus menceracau dalam igau

tak ada yang risau

pun hutan di hulu bak tungau

sekilas tampak namun tak lagi hijau

akh tanah timang-timangan yang kalah

kini hanya mendapat gundah

rinduku padamu dan pulau pasir itu

melaung panjang di semua pintu

lekat di panggung sydney opera house

terpentaskan pada setiap orchestra

tentang beribu cerita

melambai di kemiringan menara pisa

meriak di pucuk ombak pulau cicilia

jadi partitur panjang

terdedah indah di bawah matahari sungai missisipi

tualang kanak-kanak kita

bagai oase di gurun sahara

cahayanya sampai ke bulan

lalu jatuh ke tanah jadi intan

setumpuk kenangan yang tak kan padam

terus berlayar dalam imaji

hingga di ujung waktu yang tak pernah diam

sambut rinduku di tanduk pelangi

catatan

*tajuk kumpulan sajak marhalim zaini

Perth, mei 2008

No comments: